Senin, 21 November 2016

Psikologi Manajemen Tugas 3

1. Contoh Rekrutmen
  • Psikologi

Dibutuhkan segera Staff HRD dengan persyaratan sebagai berikut:
- Wanita
- Memahami administrasi dan skoring alat tes psikologi
- Memiliki kemampuan public speaking yang baik
- Memiliki pengalaman sebagai trainer
- Dapat bekerja dalam team maupun individu
- Percaya diri dan jujur
Bagi yang berminat dapat langsung datang dan menyerahkan CV ke 
PT. Karunia Kasih
Jln. Pendinginan No. 56
Jakarta Utara

  • Akuntansi
PT. Sejahtera Rakyat membuka lowongan untuk posisi Staff Accounting dengan syarat sebagai berikut:
- Pria/Wanita
- Umur maksimal 30 tahun
- Lulusan S1 Akuntansi
- Memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun
- Loyalitas
- Dapat bekerja secara team
Bagi yang berminat dapat mengirimkan CV ke email rakyat.sejahtera@gmail.com

  • Bagian Produksi
PT. Indah Pesona membutuhkan 2 orang karyawan/ti untuk bagian Operator Produksi dengan syarat sebagai berikut:
- Lulusan SMA/K
- Umur 18 sampai 22 tahun
- Good Looking
- Percaya diri dan Loyal
Kirimkan CV anda ke
PT. Indah Pesona
Jln. Mawar Putih No. 126
Tanggerang Selatan


2. Contoh Iklan


























3. Produksi
Produk tersebut akan kami pasarkan sesuai dengan pemesanan dari para konsumen. Kami juga akan memasarkan produk kami secara offline ke berbagai pusat perbelanjaan di berbagai kota yang banyak dikunjungi oleh kaum-kaum remaja seperti Jakarta, Bekasi, Depok, serta Tanggerang.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Psikologi Manajemen Tugas 1

Tugas Softskill 1

Kelompok 7:

  1. Bebby Triandra C
  2. Maharani Ayu Putri
  3. Putri Meutia Nurfadhila
  4. Sifa Fauziah
  5. Sofyan Adi Anggara

3PA16

Definisi Pengaruh dalam Organisasi


Pengaruh (influence) adalah suatu transaksi sosial dimana seseorang atau kelompok di bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi.

Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.

Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.

Keberadaan pengaruh dalam suatu kepemimpinan memiliki andil yang besar, yaitu dalam hal menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan yang sudah di tetapkan. Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal-balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.


  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.”
  • Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya.

Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.


Pengaruh Taktik dalam Organisasi


Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi yang digunakan oleh seseorang atau sub unit untuk meningkatkan peluangnya dalam memenangkan permainan politik, individu atau sub unit dapat menggunakan beberapa taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:


  • Meningkatkan ketidakmampuan mengganti. Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu melakukan tugas  yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki ketidakmampuan mengganti.
  • Dekat dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.
  • Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau sub unit lain yang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.
  • Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari luar.
  • Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.
  • Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.
  • Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.

Taktik-taktik mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk mempen-garuhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.

Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982). Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992).

            Hasil penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu:

1.    Persuasi Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.

2.    Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain.

3.    Konsultasi (Consultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang akan dilaksanakan.

4.    Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan.

5.     Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.

6.   Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.

7.      Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk agar orang yang dijadikan target setuju.

8.   Tekanan (Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.

9.    Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.

Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position power dan personal power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.

Ada 3 proses mempengaruhi, yaitu:


  • Kepatuhan instrumental: Seorang target melaksanakan tindakan yang diminta untuk tujuan mendapatkan imbalan yang pasti atau menghindari hukuman. Level dukungan yang diberikan mungkin sangat kecil yang diperlukan untuk mendapatkan penghargaan atau untuk menghindari hukuman.
  • Internalisasi: Seorang target memiliki komitmen untuk mendukung dan menerapkan proposal yang diajukan oleh pemimpin terlihat seperti diharapkan secara intrinsik dan sesuai dalam hubungannya dengan nilai, keyakinan dan citra pribadi dari target.
  • Identifikasi Personal: Seorang target meniru perilaku pemimpin atau mengambil sikap yang sama agar disukai oleh pemimpin


Sumber:
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Suatu Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winardi. 1990. Kepemimpinan dalam Manajemen. Bandung: Rineka Cipta.

Jumat, 17 Juni 2016

Kesehatan Mental Tugas 4

I.) A. Hubungan Interpersonal
  1. Model Pertukaran Sosial dan Analisis Transaksional

    Model pertukaran sosial adalah ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:

    • Keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. 
    • Jenis hubungan yang dilakukan. 
    • Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain

    Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arahproses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankanpentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru guna kemajuan hidupnya sendiri. 

    Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenaldari kelompok Humanisme. Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan.

  2. Pembentukkan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan

    a.) Pembentukan.
    Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: 
    - informasi demografis.
    - sikap dan pendapat (tentang orang atau objek). 
    - rencana yang akan datang.
    - kepribadian.
    - perilaku pada masa lalu.
    - orang lain serta,
    - hobi dan minat.

    b.) Peneguhan Hubungan.
    Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
    - keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
    - Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
    - respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
    - nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

  3. Model Peran, Konflik dan Adequency Peran, serta Autentisitas dalam Hubungan Peran.

    * Model peran.
    Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

    * Model Interaksional.
    Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
    a) Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
    b) Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
    c) Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
    d) Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
    e) Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

    * Jenis Hubungan Interpersonal.
    Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :

    a.) Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
    1.) Hubungan diad.
    Hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. 
    2) Hubungan Triad.
    Hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).

    b.) Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
    1.) Hubungan tugas.
    Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain. 
    2) Hubungan Sosial.
    Merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

    c.) Berdasarkan jangka waktu.
    1.) Hubungan jangka pendek.
    Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya   hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
    2.) Hubungan jangka panjang.
    Berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).

    d.) Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
    Kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).


    * Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
     Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu 
    a) Komunikasi efektif.
    b) Ekspresi wajah.
    c) Kepribadian.
    d) Stereotyping. 
    e) Daya tarik.
    f) Ganjaran.
    g) Kompetensi.

  4.           Intimasi dan Hubungan Pribadi

    Sullivan (dalam Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.

    Menurut Steinberg (1993) suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.

    Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) berpendapat bahwa intimasi merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.

    Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

    Daftar Pustaka:
  • Suyono, Hadi. (2008). Pengantar psikologi sosial 1. Yogyakarta: D&H Pro Media Yogyakarta.
  • Sujanto, Agus. (1991). Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
  • Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). Teori - Teori Psikodinamika. Yogyakarta: Kanisius.
  • Jalaluddin, Rakhmat. (1998). Psikologi Komunikasi, Edisi 12. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
II.) A. Cinta dan Perkawinan
Saya akan menceritakan kasus dari keluarga saya. Kakak sepupu saya akhirnya menikah dengan seorang laki-laki setelah 7 tahun berpacaran. Walaupun kakak sepupu saya banyak didekati oleh laki-laki lain namun karena komitmen yang dimiliki kakak saya serta suaminya sangat kuat, hubungan mereka selalu harmonis dan tidak pernah ada halangan maupu kesulitan yang membuat mereka berpisah. Mereka terlihat sangat saling mencintai satu sama lain dengan porsi yang seimbang. Sampai saat ini mereka telah dikaruniai 2 orang anak yang membuat komitmen diantara mereka semakin kuat dan membuat mereka semakin ingin melindungi keluarga kecil mereka. Kasih sayang yang mereka berikan kepada kedua anak mereka pun seimbang sehingga tidak ada yang merasa kurang disayangi oleh orang tuanya. Malahan anak pertama mereka sangat menyayangi dan melindungi adik perempuannya.

III.) A. Pekerjaan dan Waktu Luang
  1. Saya adalah pribadi yang lebih mementingkan orang lain daripada diri saya sendiri. Seringkali saya mendahulukan kepentingan teman atau keluarga saya daripada kepentingan saya sendiri. Saya juga pribadi yang bisa diajak bercanda dan berbicara. Saya tidak mudah sakit hati dengan perkataan teman saya karena saya bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang serius. Teman-teman saya juga sering bercerita serta meminta saran saya saat mereka sedang ada masalah. Menurut saya, pekerjaan yang cocok dengan saya adalah yang berhubungan dengan pemberian nasehat karena cocok dengan kepribadian saya.
  2. Untuk mengisi waktu luang saya biasanya menyalurkan hobby saya yaitu dance. Jika saya memiliki waktu luang saya akan latihan bersama teman-teman saya sekaligus mengobrol bersama. Saya juga terkadang mengisi waktu luang dengan berkumpul bersama keluarga atau melakukan pekerjaan rumah yang biasanya tertunda karena jadwal kuliah. Saya juga membantu orangtua saya membereskan rumah.
Nama: Putri Meutia Nurfadhila
NPM: 18514612
Kelas: 2PA16

Senin, 30 Mei 2016

Kesehatan Mental Tugas 3

A. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

1. Penyesuaian Diri


Konsep Penyesuaian Diri.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.

2. Pertumbuhan Personal

Konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal meliputi:

a.) Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

b.) Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

c.) Kondisi-kondisi untuk tumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).

d.) Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
  • Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
  • Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
  • Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
REFERENSI:


Mulyani, S. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hartono, A., dan Sunanro. (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwati, E. (2000). Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pusaka Setia.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.

B. Stress

1. Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

2. Efek-efek dari Stress
Menurut Hans Selye, Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan Stressor. Stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (contohnya: Kondisi sakit, Menopause). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (contohnya: Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja).

3. Faktor-faktor Penyebab Stress
Ø  Sumber-sumber stress didalam diri seseorang
Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu (sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.

Ø  Sumber-sumber stress didalam keluarga
Stress di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga. Seperti, perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda, dll.

Ø  Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan
Interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya, pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.

Ø  Pekerjaan dan stress
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah:
  • Tuntutan kerja: pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.
  • Jenis pekerjaan: jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen.
  • Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia: contohnya, tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.

Ø  Stress yang berasal dari lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti: kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir dan faktor sekolah.

4. Tipe-tipe Stress
  • Tekanan

Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda.
  • Frustasi

Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
  • Konflik

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
  • Kecemasan

Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain:
a.) Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
b.) Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.

5. Pengalaman Stress
Saya pernah mengalami stress saat akan menngikuti Ujian Nasional. Jadwal sekolah semakin padat dengan adanya kelompok belajar serta pendalaman materi setiap pulang sekolah. Saya kurang memiliki waktu untuk bermain atau sekedar jalan-jalan dan mengobrol dengan teman saya. Ditambah dengan waktu yang singkat membuat pihak sekolah memaksakan agar muridnya menghafal pelajaran yang dibutuhkan dengan cara melakukan ujian-ujian mendadak untuk mengukur kemampuan murid. Saat masa libur tenang sebelum Ujian Nasional saya semakin stress karena harus menghafal semua pelajaran yang diberikan tetapi saya juga membutuhkan waktu istirahat untuk menenangkan diri. Akhirnya untuk mengurangi stress saya melakukan refreshing selama dua hari dengan berkumpul bersama teman-teman dan keluarga saya agar beban yang saya hadapi sedikit berkurang dan saya memiliki waktu untuk mengistirahatkan diri. Setelah itu baru dihari-hari berikutnya saya belajar dengan baik namum saya tetap berusaha agar pikiran saya tidak terbebani seperti menyelingi belajar dengan menonton tv dan sebagainya.

REFERENSI:

Christian, M. (2005). Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media.
Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz, Duane. (2011). Psikologi Pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Nama: Putri Meutia Nurfadhila
NPM: 18514612
Kelas: 2PA16

Senin, 11 April 2016

Kesehatan Mental Tugas 2


1. Aliran Humanistik


Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behavioristik maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas,  atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.

2. Pendapat Allport

Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.

Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.

Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
  • “Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
  • Identitas diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
  • Harga diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
  • Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
  • Gambaran diriGambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
  • Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
  • Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
3. Kepribadian Sehat menurut Carl Rogers

Menurut Rogers orang yang sehat adalah orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Nah, apa itu aktualisasi diri? Tentu saja kita sering mendengar kata “aktualisasi diri” tetapi tidak banyak yang tahu apa arti dari kata tersebut. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri untuk mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik.

a.) Perkembangan Diri
Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari yang lain. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya atau bagian dari dirinya. Ketika dia mulai membentuk suatu lukisan atau gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu self concept (pengertian diri). Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gamabaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain.

Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak, itu semua tergantung pada cinta yang diterima anak dalam masa kecilnya. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini sebagai positive regard (penghargaan positif). Apa itu Positive regardPositive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembas yang dimiliki oleh semua manusia.

Self concept yang berkembang dari anak sangatlah dipengaruhi oleh ibu. Bagaimana jika ibu tidak memberikan positive regardkepada anak? Bagaimana jika ibu mencela dan menolak tingkah laku anakya? Maka anak akan mengamati suatu celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu tingkah laku) sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi. Anak akan menjadi peka dengan setiap tanda penolakan dan segera mulai merencaakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.

Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regardyang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Dalam posisi ini, Rogers menyebutnya sebagai conditional positive regard(penghargaan positive bersyarat).

Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa syarat) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan bebas ini, dan juga sikap yang ditampilkanya bagi anak itu akan menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan.

b.) Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yani kepribadian yang sehat bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses “suatu arah bukan suatu tujuan”.
Dibawah ini, terdapat tiga gambaran umum aktualisasi diri diantaranya;
a. Aktualisasi diri bukanlah merupakan keadaan yang menetap, melainkan suatu proses yang continue.
b. Aktualisasi diri merupakan proses yang susah bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian untuk menjalaninya.
c. Orang yang mengaktualisasi diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak bersembunyi dibalik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.
Disamping ulasan-ulasan diatas, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya diantaranya;
Ø  Keterbukaan pada Pengalaman
Orang yang tidak mengembangkan penghargaan positif bersyarat akan mengembangkan sikap yang terbuka pada pengalaman. Pengalaman tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan untuk mengembangkan persepsi dan ugkapan baru. Saat mengalami pengalaman, orang yang demikian lebih mengalami emosi yang lebih kuat baik emosi positif maupun negatif dibanding orang yang defensif.
Ø  Kehidupan Eksistensial
Orang berfungsi sepenuhnya, aktualisasi diri akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia terbuka pada setiap pengalaman. Ia tidak akan berprasangka dan mudah menyesuaikan diri terhadap pengalaman sehingga tidak harus memanipulasi apa yang dialaminya. Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini merupakan ciri terpenting kepribadian yang sehat.
Ø  Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-implus yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dnegan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensinya.
Karena orang yang sehat terbuka sepeuhnya pada pengalaman, sehingga ia menerima semua informasi yang ada, bahkan dari segi selain pikirannya. Karena terbuka kepada semua pengalaman serta menghidupkan pengalaman-pengalaman itu sepenuhnya, maka individu yang sehat dapat membiarkan seluruh organanisme mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan serta dicapai keputusan yang akan memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.
Ø  Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rinangan-rintangan antara pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memilki suatu persaan yang berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukan.
Ø  Kreativitas
Semua orang yang berfungi sepenuhnya sangat kreatif. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka sendiri dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memilki kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah. Jadi, Rogers melihat orang-orang yang berfungsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evolusi manusia.



4. Kepribadian Sehat menurut Abraham Maslow


a.) Hierarki kebutuhan manusia 
  • Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup. Dan juga kebutuhan ini merupakan yang terkuat dan sifatnya amat penting dari semua kebutuhan.
  • Kebutuhan Akan Rasa Aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan akan rasa aman juga merupakan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan agar dapat melangsungkan hidup dengan baik. 
  • Kebutuhan Akan Memiliki Cinta dan Kasih. Kebutuhan ini semacam layak untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, baik seperti orang tua, kakak, adik, sahabat, ataupun saudara dengan tujuan agar merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian, dan dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama pentingnya.
  • Kebutuhan Akan Penghargaan. Yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan juga terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain (dari luar) misalnya popularitas ataupun keberhhasilan dalam masyarakat. Ada banyak cara juga supaya orang lain bisa menghargai kita, menurut saya apabila dengan cara yang negatif, kita bisa saja memamerkan serta gengsi kita dengan apa yang kita miliki, seperti mengendarai mobil mewah yang kita miliki, membeli rumah besar, dsb. Kita tidak dapat menghargai diri kita jika kita tidak mengetahui kita apa dan siapa.
  • Aktualisasi diri. Apabila kita telah memuaskan semua kebutuhan diatas, maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. Kita harus bisa menjadi menurut potensi yang kita miliki. Maslow menyebutkan apabila kita dapat memuaskan kebutuhan kita dari tingkat yang rendah, kita masih merasa aman secara fisik maupun emosional, mempunyai rasa memiliki dan juga merasa bahwa kita adalah diri yang berharga. Namun apabila kita gagal dalam tahap aktualisasi diri ini, maka kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas. Dengan begitu, kita tidak akan berada dalam damai pada diri kita sendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kita sehat secara psikologis.
b.) Kepribadian yang sehat menurut Maslow

Seperti yang disebutkan diatas, menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.

Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu.


c.) Ciri-ciri “actualized people”

  1. Menerima realitas secara tepat
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri dapat mengamati objek dan orang-orang didunia sekitarnya secara objektif. Mereka tidak memandang dunia hanya sebagaimana yang mereka inginkan atau butuhkan, tetapi mereka melihatnya sebagaimana adanya, artinya mereka memandang dunia ini dengan nyata, apa adanya dan tidak menuntut lebih. Sebaliknya, orang yang kepribadiannya tidak sehat, mengamati dunia menurut ukuran-ukuran dari pandangan mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk kebutuhan dan nilai-nilai mereka. Maslow menulis bahwa “Orang yang neurotis secara emosional tidak sakit, tetapi secara kognitif dia salah”.

  1.  Menerima diri dan orang lain apa adanya
Karena orang-orang sehat ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.

  1. Bertidak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak bersikap agresif dan memberontak.

  1.  Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan metakebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan apa.

  1. Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan meeka sangatt egosentris dan terarah kepada dir mereka sendiri.Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.


  1. Memiliki ruang untuk diri pribadi 
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hamper tidak dirasakan oleh mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat oleh orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.


  1.  Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.


  1. Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.


  1.  Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan.. Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga.

d.) Perbedaan

Meta needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Sedangkan Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
5. Kepribadian Sehat menurut Erich Fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.

Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat: 1) Penerimaan (receptive)2) Penimbunan (hoarding)3) Penjualan/pemasaran (marketing)4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)5) Produktif (productive)

Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:1) Cinta persaudaraan2) Cinta keibuan3) Cinta erotik4) Cinta diri5) Cinta ilahi

Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.

Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
  • mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
  • mampu mencintai dan dicintai,
  • mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
  • mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat, 
  • mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
  • memiliki watak sosial yang produktif.

REFERENSI:



  • Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2; teori-teori holistik (organismik-fenomenologis).  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  • Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Penrbit Kanisius.
  • Siswanto. (2007). Kesehatan mental. Yogyakarta: Penerbit Andi
  • Frank G. Goble. (1994).  Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah Drs. A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.
  • Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey. (1993). Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. Yogyakarta: Kanisius.
  • Schultz, Suane. (1997). Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat, Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. Yogyakarta: Kanisius.

Nama: Putri Meutia Nurfadhila
NPM: 18514612
Kelas: 2PA16