Senin, 30 Mei 2016

Kesehatan Mental Tugas 3

A. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

1. Penyesuaian Diri


Konsep Penyesuaian Diri.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.

2. Pertumbuhan Personal

Konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal meliputi:

a.) Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

b.) Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

c.) Kondisi-kondisi untuk tumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).

d.) Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
  • Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
  • Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
  • Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
REFERENSI:


Mulyani, S. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hartono, A., dan Sunanro. (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwati, E. (2000). Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pusaka Setia.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.

B. Stress

1. Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

2. Efek-efek dari Stress
Menurut Hans Selye, Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan Stressor. Stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (contohnya: Kondisi sakit, Menopause). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (contohnya: Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja).

3. Faktor-faktor Penyebab Stress
Ø  Sumber-sumber stress didalam diri seseorang
Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu (sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.

Ø  Sumber-sumber stress didalam keluarga
Stress di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga. Seperti, perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda, dll.

Ø  Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan
Interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya, pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.

Ø  Pekerjaan dan stress
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah:
  • Tuntutan kerja: pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.
  • Jenis pekerjaan: jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen.
  • Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia: contohnya, tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.

Ø  Stress yang berasal dari lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti: kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir dan faktor sekolah.

4. Tipe-tipe Stress
  • Tekanan

Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda.
  • Frustasi

Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
  • Konflik

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
  • Kecemasan

Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain:
a.) Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
b.) Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.

5. Pengalaman Stress
Saya pernah mengalami stress saat akan menngikuti Ujian Nasional. Jadwal sekolah semakin padat dengan adanya kelompok belajar serta pendalaman materi setiap pulang sekolah. Saya kurang memiliki waktu untuk bermain atau sekedar jalan-jalan dan mengobrol dengan teman saya. Ditambah dengan waktu yang singkat membuat pihak sekolah memaksakan agar muridnya menghafal pelajaran yang dibutuhkan dengan cara melakukan ujian-ujian mendadak untuk mengukur kemampuan murid. Saat masa libur tenang sebelum Ujian Nasional saya semakin stress karena harus menghafal semua pelajaran yang diberikan tetapi saya juga membutuhkan waktu istirahat untuk menenangkan diri. Akhirnya untuk mengurangi stress saya melakukan refreshing selama dua hari dengan berkumpul bersama teman-teman dan keluarga saya agar beban yang saya hadapi sedikit berkurang dan saya memiliki waktu untuk mengistirahatkan diri. Setelah itu baru dihari-hari berikutnya saya belajar dengan baik namum saya tetap berusaha agar pikiran saya tidak terbebani seperti menyelingi belajar dengan menonton tv dan sebagainya.

REFERENSI:

Christian, M. (2005). Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media.
Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz, Duane. (2011). Psikologi Pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Nama: Putri Meutia Nurfadhila
NPM: 18514612
Kelas: 2PA16